Setahun Berkisah

31 Juli 2014

    Hari yang kelabu bagiku mungkin. Setelah beberapa hari tanpa ada kabar darimu, dan selama beberapa hari itu aku selalu mengirim pesan melalui salah satu sosial media secara gencarnya. Isinya seperti ganjalan-ganjalan yang selama ini ada dalam hati dan pikiranku. Kau hanya melihatnya tak membalasnya. Padahal saat itu kau sedang online. Tak mengapa, walaupun sebenarnya dalam hati ada rasa (sangat) kecewa ketika mengetahui kenyataan jika kamu hanya melihat dan membacanya tanpa ada balasan.
     Dan di akhir juli kemarin akhirnya kau membalas setelah aku mengirim kata-kata kepadamu. Dan sebuah statement keluar juga darimu.Sebuah keputusan yang mungkin.... *Ah sudahlah
Bukankah selama ini aku yang slalu bertanya kepadanya apakah masih bisa hubungan ini berlanjut,dan akhirnya kau menjawabnya.

                                      "Ya udah kita break dulu aja ya"


Break?
Bukankah arti dari "Break" adalah "Istirahat" ??
Jadi maksudmu untuk sementara ini kita istirahat dulu? untuk menenangkan pikiran kita? Atau saling intropeksi satu sama lain?
Aku tahu dengan semua masalah yang kau alami yang selama ini kau ceritakan padaku. Meskipun sepelik apapun masalahmu setidaknya kau bisa mengurangi beban pikiranmu dengan menceritakannya padaku bukan?
Tapi aku tak mau memaksa dirimu untuk segala sesuatunya harus kau ceritakan padaku. Aku hanyalah sebatas perempuan yang (sempat) mengisi hari-harimu selama satu tahun terakhir ini. Hanya sebatas "Girlfriend" belum menjadi "Wife". Statusku masih sebatas itu. Meskipun perbedaan usia diantara kita cukup jauh mungkin untuk sebagian anak jaman sekarang yang sedang dimabuk asmara, namun aku justru merasa nyaman menjalaninya bersamamu.

   Aku seperti mempunyai sosok baru dalam hidupku saat mengenalmu, saat kita berada dalam satu hubungan selama satu tahun kemarin. Kau menjelma menjadi kakak,teman,ayah,dan yang pasti menjadi sosok lelaki yang istimewa setelah ayah dalam hidupku. Walau pada awalnya aku sempat ragu denganmu,dengan perbedaan usia diantara kita, namun buktinya kau mampu membuktikan kepadaku satu tahun terakhir ini dengan rasa sayang dan kesetiaanmu padaku. Aku rindu sosokmu yang terkadang sering mengingatkanku agar tidak bersifat ke-kanak-kanak-an lagi karna saat ini aku sudah di jenjang Sekolah Menengah Atas. Aku rindu sosokmu yang menelfonku kala aku sedang ada masalah seperti beberapa waktu lalu. Kemudian ada kamu yang menenangkanku lewat telefon. Ya karena, kita terpisahkan oleh jarak. Jarak (masih) menjadi musuh terbesarku dengannya kala itu. Aku rindu mendengar suaramu yang justru lembut seperti orang sunda. Aku rindu ketika aku sedang bersedih kau justru mengajakku untuk becanda agar sedihku hilang.

    Dan kini kita harus "istirahat" sejenak agar kita saling intropeksi diri dan kamu akan fokus dengan kuliahmu yang selama satu tahun kemarin sedikit ada gangguan karna penyakit yang kau derita. Aku hanya berharap semoga setelah kau membenahi dunia pendidikanmu atau masa depanmu itu kelak kau akan menghubungiku kembali dengan membawa kabar bahagia kepadaku mengenai masa depanmu nanti. Amiiin


Komentar

Postingan Populer