Semotor Berempat


Foto di sebelah diambil pada h-1 kepulangan ku ke Rembang, tepatnya tanggal 5 april 2021. Lokasinya berada di lampu merah tugu jogja. Aku terlalu jatuh cinta dengan Jogja. Meskipun ceritaku selama di jogja tak selamanya indah seperti cerita orang-orang yang telalu meromantisasi jogja. Namun,.. lagi-lagi seburuk apapun kenangan yang terjadi di jogja, kota ini selalu mempunyai tempat tersendiri buatku. Begitu juga dengan Kudus.

Iya,.. Kudus.

Kudus adalah kota pertamaku untuk merantau. Merantau untuk menuntut ilmu di penjara suci. Kota ini tentu memiliki arti tersendiri bagiku. Kota pertama aku hidup jauh dari orang tua. 

Kenapa jadi ngelantur gini,.
Oke, balik lagi. Kembali ke jogja.

Setelah sampai kos, aku mengedit foto di sebelah. Pertama kali yang muncul dalam pikiranku adalah, aku teringat masa kecilku. Aku mengambil foto di sebelah asal jepret. Karena posisinya di lampu merah yang kala itu udah hampir hijau, jadi asal jepret,sekenanya. 

Oke,..
Kenapa aku tiba-tiba teringat masa kecilku pada saat melihat foto tersebut? 
Dulu, pada saat aku dan mas ku masih kecil, kami sekeluarga jika bepergian kemana-mana selalu berboncengan seperti keluarga yang ada di foto tersebut. Sampai umur berapanya aku lupa kami naik sepeda motor sekeluarga ber-empat dalam satu motor. Dulu, setiap lebaran kami sekeluarga selalu naik bus umum untuk pergi ke rumah keluarga yang dari ibu. Aku yang kadang duduk di samping bapak lalu tertidur pulas di pangkuan bapak. Kami juga pernah menaiki tossa (semacam apa yaa... jadi dia motor namun belakangnya ada semacam gerobak/ dia mempunyai 3 roda). Karna di kota asal ibu, tossa dijadikan sebagai angkutan umum, padahal seharusnya hanya untuk alat angkut barang haha. Tapi kami sekeluarga menaiki tossa hanya untuk perjalanan pendek, misal antar rumah kelaurga ibu yang beda desa.

Sampai pada akhirnya bapak mempunyai rejeki untuk membeli kendaraan pribadi. 
Dan setiap lebaran (setelah mempunyai kendaraan pribadi), ketika perjalanan menuju ke kota asal ibu tepatnya pada saat melewati terminal bapak selalu mengingatkan ke kami "Inget gak biasanya kita kalo habis dari rumah mbah (dari bapak) kita jalan kaki ke terminal terus nunggu bis jurusan surabaya?"

Bersyukur karna bisa sampai di titik saat ini.

Bapak selalu mengajarkan, syukuri apa yang kita punya saat ini. Kalau mampunya naik motor yaa disyukuri, jangan pernah punya perasaan iri sama pencapaian atau apa yang dimiliki orang lain. Lihat ke bawah, jangan lihat ke atas terus. Nanti kalau udah saatnya juga bakal bisa ngerasain.


Komentar

Postingan Populer