Salam RINDU dari pecandu perhatianmu
"Hai, Neptunus" Sudah lama kita tak saling sapa, tak saling ada kontak antara Aku dan Kamu. Kau seperti,... Ah, sosokmu sulit sekali untuk aku deskripsikan -_-
Aku semakin kehabisan akal untuk mencari dirimu. Radarku tak dapat menangkap sinyal darimu, ini sungguh menyiksa. Kau seperti Benua. Aku ingin Aku dan Kamu bersatu seperti Benua Pangea pada awal. Namun, semakin ke sini aku justru merasa jika Aku dan Kamu bagaikan Benua Pangea yang terpisah menjadi dua. Jika diibaratkan Kamu sebagai Benua Leurasia, sedangkan aku Benua Gondwana. Entahlah. Kamu semakin GAK JELAS.
Radarku semakin sulit mendeteksi keberadaanmu, yang aku rasakan, sinyal darimu semakin lemah, bukannya semakin kuat justru semakin melemah. Bahkan aku mulai mempunyai pikiran yang tidak-tidak tentang dirimu. "Apa mungkin kau sedang ingin menjauh dariku ? Atau sekarang kau sudah mempunyai seorang 'Gadis' yang slalu ada menemanimu, tidak seperti diriku yang jauh sekali darimu. Please, jika memang kau sudah mempunyai 'Gadis' tolong ceritakan padaku. Maka, mungkin aku bisa menerima dirimu yang semakin sulit untuk ku rengkuh.
"Tuhan, Kau seperti sedang mempermainkan diriku. Kau mengirim sosoknya yang sempat membuat kehidupanku cerah kembali setelah mengenalnya, bahkan aku mulai bisa melupakan satu nama dari hatiku semenjak mengenal sosoknya. Lalu, sekarang Kau mencoba menjauhkan ku dari sosoknya itu. Ya, aku tahu setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi, aku mengenal sosoknya baru beberapa minggu, beberapa puluh hari, dan ratusan jam."
Aku masih ingin menikmati hangatnya perhatianmu, boy. Aku mulai rindu mendengar suara khasmu itu. Aku mulai rindu bertukar pesan denganmu.
Dan aku memutuskan, AKU RINDU DENGANMU, BOY" !!! >.<
Nampaknya mulai sekarang aku harus mulai membiasakan diri bertarung dengan rasa rinduku ini yang setiap harinya frekuensi rindu ini justru semakin bertambah.
"Kebahagiaan seakan sedang menggodaku." Bagaimana TIDAK? Iya, saat pertama aku mengenalmu, aku terlalu bahagia sekali. Bahkan aku terlalu membanggakan dirimu didepan teman-temanku. Kau lelaki pertama yang menelfonku selama itu. Sebentar jika aku tidak salah, saat itu kau menelfonku selama 31menit 57detik. Yang aku ingat saat itu kita terlalu sering berdiam diri tak mampu ucapkan kata. Ya, bukan karena apa-apa, Kita lebih banyak diam karena tak banyak topik yang akan kita bahas. Kita baru berkenalan pada hari itu, dan di hari itu juga kamu menelfonku selama itu.
Aku ingin kembali seperti dahulu, seperti diawal kita berkenelan.Aku rindu dengan dirimu yang slalu datang disaat sepi sedang mencoba membunuhku, aku rindu dengan dirimu yang slalu menghiasi hidupku dengan sejuta perhatianmu, aku rindu dengan dirimu yang slalu ada untukku. Aku ingat betul, saat malam sedang menakut-nakutiku dengan keheningan, aku mencoba mengirim satu pesan kepadamu, yang akhirnya berlanjut sampai ke pesan-pesan berikutnya, lalu saat kau mengetahui jika diriku saat itu sedang seorang diri berada di rumah, kau berinisiatif untuk menemaniku dengan menelfonku. Namun sayang seribu sayang, saat mobile-ku berdering seiring dengan telfon darimu, saat itu juga pintu rumahku berbunyi. Aaaaaaaaa siiaall >.<
Entahlah, yang jelas sekarang radarku mulai kesulitan mencari sinyal darimu, sinyal darimu semakin melemah.
"Tuhan, katakan padanya, Bahwa disini ada seseorang yang merindukannya."
Aku semakin kehabisan akal untuk mencari dirimu. Radarku tak dapat menangkap sinyal darimu, ini sungguh menyiksa. Kau seperti Benua. Aku ingin Aku dan Kamu bersatu seperti Benua Pangea pada awal. Namun, semakin ke sini aku justru merasa jika Aku dan Kamu bagaikan Benua Pangea yang terpisah menjadi dua. Jika diibaratkan Kamu sebagai Benua Leurasia, sedangkan aku Benua Gondwana. Entahlah. Kamu semakin GAK JELAS.
Radarku semakin sulit mendeteksi keberadaanmu, yang aku rasakan, sinyal darimu semakin lemah, bukannya semakin kuat justru semakin melemah. Bahkan aku mulai mempunyai pikiran yang tidak-tidak tentang dirimu. "Apa mungkin kau sedang ingin menjauh dariku ? Atau sekarang kau sudah mempunyai seorang 'Gadis' yang slalu ada menemanimu, tidak seperti diriku yang jauh sekali darimu. Please, jika memang kau sudah mempunyai 'Gadis' tolong ceritakan padaku. Maka, mungkin aku bisa menerima dirimu yang semakin sulit untuk ku rengkuh.
"Tuhan, Kau seperti sedang mempermainkan diriku. Kau mengirim sosoknya yang sempat membuat kehidupanku cerah kembali setelah mengenalnya, bahkan aku mulai bisa melupakan satu nama dari hatiku semenjak mengenal sosoknya. Lalu, sekarang Kau mencoba menjauhkan ku dari sosoknya itu. Ya, aku tahu setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi, aku mengenal sosoknya baru beberapa minggu, beberapa puluh hari, dan ratusan jam."
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjlI3FoAGy9NgXryObsf6mh1eitBUQLZXJgLW_SpGZb1Z0MK80k9qbIN_jQlHdv-SO6bByK2ecBUhLRDKmO5R8MXd5bmStfrltdDnmJty8JcYtzkNlWmKZ0BuPtNAi5oztlXoxXr343zFw/s320/imagesCA17MR97.jpg)
Aku masih ingin menikmati hangatnya perhatianmu, boy. Aku mulai rindu mendengar suara khasmu itu. Aku mulai rindu bertukar pesan denganmu.
Dan aku memutuskan, AKU RINDU DENGANMU, BOY" !!! >.<
Nampaknya mulai sekarang aku harus mulai membiasakan diri bertarung dengan rasa rinduku ini yang setiap harinya frekuensi rindu ini justru semakin bertambah.
"Kebahagiaan seakan sedang menggodaku." Bagaimana TIDAK? Iya, saat pertama aku mengenalmu, aku terlalu bahagia sekali. Bahkan aku terlalu membanggakan dirimu didepan teman-temanku. Kau lelaki pertama yang menelfonku selama itu. Sebentar jika aku tidak salah, saat itu kau menelfonku selama 31menit 57detik. Yang aku ingat saat itu kita terlalu sering berdiam diri tak mampu ucapkan kata. Ya, bukan karena apa-apa, Kita lebih banyak diam karena tak banyak topik yang akan kita bahas. Kita baru berkenalan pada hari itu, dan di hari itu juga kamu menelfonku selama itu.
Aku ingin kembali seperti dahulu, seperti diawal kita berkenelan.Aku rindu dengan dirimu yang slalu datang disaat sepi sedang mencoba membunuhku, aku rindu dengan dirimu yang slalu menghiasi hidupku dengan sejuta perhatianmu, aku rindu dengan dirimu yang slalu ada untukku. Aku ingat betul, saat malam sedang menakut-nakutiku dengan keheningan, aku mencoba mengirim satu pesan kepadamu, yang akhirnya berlanjut sampai ke pesan-pesan berikutnya, lalu saat kau mengetahui jika diriku saat itu sedang seorang diri berada di rumah, kau berinisiatif untuk menemaniku dengan menelfonku. Namun sayang seribu sayang, saat mobile-ku berdering seiring dengan telfon darimu, saat itu juga pintu rumahku berbunyi. Aaaaaaaaa siiaall >.<
Entahlah, yang jelas sekarang radarku mulai kesulitan mencari sinyal darimu, sinyal darimu semakin melemah.
"Tuhan, katakan padanya, Bahwa disini ada seseorang yang merindukannya."
Komentar
Posting Komentar