Sosok itu (dia)
"Sosok itu!"
Perhatian yang ia berikan padaku setiap harinya itu membuatku luluh. Ada sebersit rasa yang tidak wajar. Ya, rasa itu adalah rasa suka.
Ia slalu memperlakukanku sebagai seorang perempuan yang ia anggap ADIK. Ya "ADIK" tidak lebih. Aku tahu sejak awal ia hanya menganggapku sebatas ADIK. Namun, perhatian yang ia berikan kepadaku yang berlebihan itu menggelitik hati ini.Ada sebersit rasa ingin memilki dia seutuhnya.
Sifatnya yang mudah bergaul, dan sangat ramah dengan perempuan membuatku cukup khawatir. Awalnya aku iri dengan satu perempuan. "Aurel" namanya. Ia tlah mencuri seluruh perhatian dia. Aurel adalah perempuan yang ia sukai. Aku merasa iri dengannya, lebih tepatnya Cemburu.
Fikirku, "Apa maksudmu,din? Dia bukan siapa siapamu! dia bukan pacarmu, kenapa kau cemburu jika ia dekat dengan perempuan lain? apa hakmu melarang larangnya?"
Namun, sejenak aku berfikir lagi "Kurasa aku tidak salah, aku perempuan normal, wajar saja jika aku merasa tidak rela ataupun cemburu terhadap laki laki yang aku sukai."
Tidak cukup dengan satu perempuan. Setelah ia tidak mendapatkan si Aurel, kini ia telah menggandeng perempuan baru. "Cecil, nama perempuan itu" Aku tak tahu kapan persisnya mereka berdua jadian. Namun, aku nyaliku semakin ciut. Semakin tak ada harapan lagi untuk memiliki dia seutuhnya. Harapan itu sirna begitu saja.
Lagi-lagi aku dibuat envy dengan kedekatan dia dengan perempuan lain (bukan cecil). "Safira nama perempuan itu"
Selama aku kenal dengannya, ia belum pernah mengomentari status ku di jejaring sosial. Kali ini aku dibuatnya envy setengah mati. Selama aku kenal dengannya, kita hanya bertukar pesan saja. Terkadang ia juga menyanyikan sebuah lagu untukku, jika aku merasa jenuh.
Kedekatannya dengan Safira, dimulai dengan ia mengomentari status perempuan itu. Dan dengan tidak malu, perempuan tersebut (safira) yang meminta nomer hape "Dia"
"Tuhan, aku tahu Engkau yang telah memberi rasa (suka) ini terhadap dia, namun jujur aku merasa tersiksa setiap melihat kedekatannya dengan perempuan lain. Tuhan, kumohon lebih baik kau "mencabut" rasa (suka)ku ini terhadapnya. Cukup sudah aku merasa sakit. Aku ingin mengakhirinya. Aku hanya tidak ingin terlalu mempertahankan rasaku ini, jika lelaki yang disana tidak mempunyai rasa terhadapku."
Minggu lalu ia menemani malamku, membuat malamku tak terasa berlalu begitu saja. Padahal saat itu jenuh sedang melandaku dengan sangat hebat. Ia dapat membuatku merasa nyaman dengan perlakuannya. Ia slalu hadir disaat sepi sedang melandaku dan ketika aku sedang merasakan jenuh yang begitu hebat.
Ia slalu memperlakukanku sebagai seorang perempuan yang ia anggap ADIK. Ya "ADIK" tidak lebih. Aku tahu sejak awal ia hanya menganggapku sebatas ADIK. Namun, perhatian yang ia berikan kepadaku yang berlebihan itu menggelitik hati ini.Ada sebersit rasa ingin memilki dia seutuhnya.
Sifatnya yang mudah bergaul, dan sangat ramah dengan perempuan membuatku cukup khawatir. Awalnya aku iri dengan satu perempuan. "Aurel" namanya. Ia tlah mencuri seluruh perhatian dia. Aurel adalah perempuan yang ia sukai. Aku merasa iri dengannya, lebih tepatnya Cemburu.
Fikirku, "Apa maksudmu,din? Dia bukan siapa siapamu! dia bukan pacarmu, kenapa kau cemburu jika ia dekat dengan perempuan lain? apa hakmu melarang larangnya?"
Namun, sejenak aku berfikir lagi "Kurasa aku tidak salah, aku perempuan normal, wajar saja jika aku merasa tidak rela ataupun cemburu terhadap laki laki yang aku sukai."
Tidak cukup dengan satu perempuan. Setelah ia tidak mendapatkan si Aurel, kini ia telah menggandeng perempuan baru. "Cecil, nama perempuan itu" Aku tak tahu kapan persisnya mereka berdua jadian. Namun, aku nyaliku semakin ciut. Semakin tak ada harapan lagi untuk memiliki dia seutuhnya. Harapan itu sirna begitu saja.
Lagi-lagi aku dibuat envy dengan kedekatan dia dengan perempuan lain (bukan cecil). "Safira nama perempuan itu"
Selama aku kenal dengannya, ia belum pernah mengomentari status ku di jejaring sosial. Kali ini aku dibuatnya envy setengah mati. Selama aku kenal dengannya, kita hanya bertukar pesan saja. Terkadang ia juga menyanyikan sebuah lagu untukku, jika aku merasa jenuh.
Kedekatannya dengan Safira, dimulai dengan ia mengomentari status perempuan itu. Dan dengan tidak malu, perempuan tersebut (safira) yang meminta nomer hape "Dia"
"Tuhan, aku tahu Engkau yang telah memberi rasa (suka) ini terhadap dia, namun jujur aku merasa tersiksa setiap melihat kedekatannya dengan perempuan lain. Tuhan, kumohon lebih baik kau "mencabut" rasa (suka)ku ini terhadapnya. Cukup sudah aku merasa sakit. Aku ingin mengakhirinya. Aku hanya tidak ingin terlalu mempertahankan rasaku ini, jika lelaki yang disana tidak mempunyai rasa terhadapku."
Komentar
Posting Komentar